Perang
Fajar menjelang
Sang pemimpin berisyarat
Tanda perlawanan pun tiba
Mereka datang dengan pesawat mereka
Dengan baja yang membelut tubuh mereka
Kami pun bersiap
Mempertaruhkan jiwa dan raga
Dengan tapak beralaskan tekad
Diselingi doa
Tanpa gentar kami melangkah
Semangat kami berkobar
Seperti obor yang berpijar
Langit merona merah tiba
Akan menutup hari ini
Aku harap smua berjalan tanpa halauan bebatuan
Namun, rembulan memucat
Langit memekat
Sembari diselimuti rasa gelisah
Bahkan mampu menepis dinginnya malam
Seperti angin bergemuruh duka
Hari berganti
Kami menyambung aktivitas yang terputus
Senapan berderu kencang
Nyayian kemenangan diambang mata
Namun hanya fatamorgana
Saling menusuk , dengan jiwa maupun raga
Mencari titik lemah, untuk merentankan lawan
Satu persatu insan tergeletak
Dengan baluran darah
Dentuman peledak menghujani dari ketinggian
Titikan darah memahat luka
Isak tangis insan tak dapat terbendung lagi
Teriak pertolongan di setiap langkah berpijak
Namun kami terpedaya dalam jebakan
Hati bicara, tapi kami harus melindungi diri kami
Anak kecil memilu
Kehilangan cahaya wanita yang menyayanginya
Kami terpencar, terurai dalam ikatan
Saling tak mengenal, tak peduli terhadap keadaan
Kami hanya butuh segelas udara
Untuk menyambung hidup
Siapa yang tak pernah merasa pedihnya derita
Ketika daging tersayat tersiram cuka
Siapa yang tak pernah nangis tanpa suara
Ketika pahitnya warna di musim hampa
Sekuat apapun hati, walau berhati baja pun
Semua pasti pernah merasakannya
Apalagi kami?
Hanya manusia lemah
Ibarat bunga yang terhempas pada batu jalanan
Ketika terguncang
Kami tak mampu tuk berbagi kisah
Tanyalah rerumputan yang berselimut debu
Mereka saksi mutlak atas kekejian ini
Lalu kami memuja sesuatu yang mustahil
Hanya untuk meneguk setetes kebahagiaan
Mungkin , hari ini kami dapat tertawa
Besok? Menghirup udara pun belum tentu kami dapat
Disapa sang fajar
Berjumpa dengan surya esok
Hanya itu harapan kami
Saat senja mulai menua
Kami pasrah menyambut malam
Ketika tawa disela tangisan
Jujur beralas dusta
Dan sadarkah kalian?
Kami hidup diambang kematian
Hei penjajah! Dimana hati kalian?
Kemanakah rasa manusiawi kalian?
Dan berapa juta jiwa melayang sia-sia?
Mungkin tak ada yang mampu menghitungnya
Diskriminasi yang membelenggu
Kalian gelap mata
Lebih keji dari perbuatan binatang
Yang tak sepantasnya diberikan kepada makhluk ciptaan Tuhan
Berhentilah kalian !
Sebelum hidup dikuasai kemunafikan
Kami sadar telah bermain diatas api
Namun kami bisu
Takut? Bukan itu yang kami maksud
Kami merenung atas pertikaian ini
Kami merenung
Hanya untuk menari dalam bayang bayang bebas
Namun itu terlihat semu
Kami slalu berharap
Kemerdekaan berlabuh di negaraku
Dan kumohon,
Berjanjilah kalian atas nama perdamaian !
Niscaya pelita akan berpihak kepada kalian